Senin, 30 Januari 2012

Keuntungan dan kerugian belajar piano pada usia dewasa


Apa keuntungan dan kerugian siswa dewasa jika mulai belajar piano pada usia dewasa atau orangtua? Pendekatan apa saja yang harus diterapkan seorang guru piano ketika mengajar siswa dewasa atau orangtua?

Sebuah trend di Jepang sekarang ini adalah semakin banyak siswa dewasa atau orangtua yang belajar piano dibanding dengan usia anak-anak. Tentu informasi ini memberikan suatu nilai positif bagi para siswa dewasa agar semakin giat belajar piano karena bukan hanya mereka yang belajar piano tetapi ada banyak orang yang sedang memulai belajar piano.

Ada orang dewasa yang selalu bertanya, apa saya dengan umur setua ini masih bisa belajar piano? Apakah saya tidak terlalu tua untuk belajar piano? Saya cukup mengerti pemikiran dan pertimbangan orangtua seperti ini, karena pada umumnya seseorang mulai belajar piano ketika ia masih usia muda. Namun satu hal yang harus kita ketahui, namanya juga mencari ilmu atau keahlian, tentu tidak ada batas umur, termasuk belajar piano. Terus terang, jika ingin jadi seorang yang mahir dalam bermain piano, atau ingin belajar hingga grade 8 piano, bisa juga diraih meskipun mulai belajarnya ketika sudah dewasa. Ada banyak kesaksian dan bukti tentang hal ini, bahwa ada yang bisa menjadi seorang profesional dalam piano meskipun ia memulainya ketika ia sudah dewasa bahkan orangtua.


Apa saja yang menjadi keuntungan bagi seorang siswa dewasa ketika mulai belajar piano? 

Ada 3 keuntungan yang dimiliki siswa dewasa dibanding siswa anak-anak.
Pertama, bahwa niat belajar piano itu datang dari diri sendiri dengan tanpa paksaan oleh siapapun. Ini adalah kunci keberhasilan dalam belajar piano. Ada banyak anak-anak belajar piano tetapi banyak di antara mereka tidak suka piano. Mereka belajar karena orangtuanya memaksa mereka untuk kursus piano. Sebagai akibatnya, setelah beberapa waktu, khususnya ketika sudah remaja atau duduk di sekolah SMA, mereka mulai punya banyak alasan agar bisa berhenti belajar piano. Salah satu alasannya adalah adanya kesibukan belajar, kegiatan di sekolah, dan persiapan-persiapan ujian akhir dan sebagainya. Biasanya anak-anak yang dipaksa belajar piano akan cenderung kurang berhasil. Orang dewasa sebaliknya, niat itu datang dari dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia telah mengambil suatu keputusan apa yang akan ia lakukan, dan menetapkan target dalam belajar piano.

Kedua, daya tangkap, konsentrasi, response dan kemampuan menganalisa siswa dewasa jauh lebih baik dari anak-anak. Jika seorang anak belajar piano di tempat kursus selama 45 menit, bisa dikatakan konsentrasi belajarnya mungkin hanya 30 menit dan sisanya mengerjakan teori atau ngobrol dan lain-lain. Tetapi siswa dewasa bisa berkonsentrasi dan meresponi pengajaran hingga lebih dari 60 menit. Dalam poin ini, seorang guru piano akan senang karena ia tidak bersusah payah mengajarkan suatu materi seperti mengajar anak-anak. Umumnya, orang dewasa bisa mencerna perkataan dan penjelasan meskipun di sampaikan satu kali saja. Namun tidak demikian bagi anak-anak. Meskipun sudah dijelaskan berkali-kali tetap  saja ia tidak bisa mengerti. Singkatnya, orang dewasa lebih mudah menerima suatu pelajaran dan mudah mengerti apa yang dimaksud gurunya.

Ketiga, siswa dewasa bisa mengatur jam belajar dan latihan sendiri. Karena siswa dewasa sudah punya tujuan kenapa ia harus belajar piano, maka ia bisa berkomitmen dan berdedikasi tanpa paksaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sendiri. Ia akan mengatur jam latihan dan belajarnya dengan baik. Tidak seperti siswa anak-anak yang asyik bermain dengan teman-temannya dan melupakan jam latihan pianonya. Orang dewasa atau orangtua pensiunan dini yang sedang belajar piano, tentu akan lebih memiliki waktu lagi. Ia tidak dibebani urusan keluarga untuk mengatur anak-anaknya kerena memang semua anak-anaknya sudah dewasa. Ia tidak memiliki jam kantor dan kesibukan lainnya. Bisa dikatakan ia hanya ingin bersantai dan menghabiskan masa pensiunnya. Ia bisa berlatih 5-6 jam per hari sesuai dengan apa yang ia tetapkan. Saya pernah baca sebuah artikel yang memberikan kesaksian seperti ini, dan ia bisa menjadi pianis profesional meskipun ia mulai belajar piano setelah ia pensiun dini.
Kerugian belajar piano pada usia dewasa


Apa saja yang menjadi kerugian bagi seorang siswa dewasa ketika mulai belajar piano? 

Ada lima kerugian yang dimiliki siswa dewasa dibanding dengan anak-anak.
Pertama adalah hal waktu. Sering siswa dewasa mempermasalahkan waktu. Ia tidak latihan karena sibuk dengan pekerjaan kantor, urusan keluarga, dan lain-lain. Jadi, meskipun pada awalnya ia punya tujuan dan keinginan besar untuk belajar piano, kesibukan itu sendiri mengalahkan tujuannya. Terkecuali ia sudah seorang pensiunan yang tidak memiliki kegiatan lain selain menjalani hidup dan menghabiskan sisa waktu yang ada, tentu ia bisa konsentrasi penuh dengan belajar piano.

Kedua, adalah ketidaklenturan jari-jemari dewasa. Harus diakui, semakin dewasa seseorang, semakin kaku pula setiap persendian tubuhnya, termasuk jari-jemarinya yang akan sepenuhnya dipakai untuk memainkan piano. Berbeda dengan anak-anak yang masih memiliki kelenturan jari-jemari yang bagus. Namun ini tidak berarti siswa dewasa tidak bisa memainkan piano dengan baik. Dengan latihan-latihan teknik yang akan dijalani selama belajar piano, kelenturan itu lambat laun bisa semakin terbentuk meskipun tidak sebagus ketika anak kecil memulai belajar piano. Ada keterbatasan bagi orang dewasa, tetapi jika ia berlatih dengan rajin, orang dewasa bisa menjadi seorang yang profesional dalam piano.

Ketiga, adalah kesehatan siswa dewasa. Jika sudah berumur dewasa tentu berbagai jenis penyakit juga mulai dirasakan. Apalagi jika semasa mudanya ia kerja keras dan banting tulang, tentu akan berpengaruh besar pada kesehatannya ketika sudah lanjut usia. Faktor kesehatan selalu menjadi kendala dalam belajar piano bagi orang dewasa. Disamping itu ada juga jenis penyakit yang secara alami dimiliki orang dewasa seperti masalah penglihatan, pendengaran dan lain-lain. Namun untuk masalah penglihatan dan pendengaran tentu masih bisa diatasi dengan memakai alat bantu sesuai nasihat dokter.

Keempat, adalah orang dewasa tidak percaya diri. Biasanya jika sudah dewasa atau orangtua, ia tidak mau lagi tampil dalam konser atau pertunjukan yang diselenggarakan tempat kursus. Ia merasa malu dan tidak percaya diri. Ia merasa malu bukan karena ia tidak bisa main piano atau permainannya jauh lebih jelek dari anak-anak yang masih kecil, tetapi karena ia yang paling tua dalam kelompok itu. Kalau saya bisa bilang, sebaiknya orang dewasa atau orangtua tidak perlu malu, justru sebaliknya, ia harus merasa bangga karena dengan umur yang sedemikian, ia masih memiliki kesempatan untuk belajar piano. Jika dibandingkan dengan orangtua yang lain yang tidak memiliki kesempatan, ia sudah jauh lebih baik dari mereka.

Kelima, adalah siswa dewasa suka frustrasi ketika tidak bisa mencapai target yang ditentukan sendiri. Orang dewasa suka memberi target yang tinggi pada dirinya meskipun ia belum tentu bisa melakukannya. Misalnya, untuk memainkan suatu lagu biasanya membutuhkan waktu mungkin sedikitnya satu minggu baru bisa mahir, namun ia membuat suatu target hanya dua hari. Sebagai akibatnya, ia merasa frustrasi karena tidak bisa mencapai target tersebut. Akhirnya ia merasa ia tidak akan bisa bermain piano dengan baik. Ia tidak menyadari bahwa pemain piano hebat yang mungkin menjadi idolanya, juga menghabiskan waktu berjam-jam bahkan ratusan jam untuk melatih lagu yang akan ia pertunjukkan dalam sebuah konser. Slogan ini mungkin menjadi hal penting bagi orang dewasa "practice makes perfect" (latihan menuju kesempurnaan).
Pendekatan mengajar piano pada usia dewasa

Harus diakui bahwa siswa dewasa mempunyai kelebihan dalam menjalin kerjasama dengan gurunya. Yang sering menjadi kendala adalah bagaimana mengajar siswa dewasa? Apakah mereka harus diperlakukan seperti siswa anak-anak? Apakah guru piano harus menerapkan pola mengajar yang berbeda? Terus terang, banyak guru piano tidak mau mengajar orang dewasa karena mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan sehingga mereka menolak siswa dewasa. Jika ingin mengajar siswa dewasa apa yang harus anda lakukan?

Pertama, harus disadari bahwa siswa dewasa berbeda dengan siswa anak-anak, yang mana penerapan pendekatan psikologinya juga berbeda. Orang dewasa suka komentar ini dan itu, serta kristis, sementara anak-anak kebanyakan mengikuti apa yang dikatakan guru pianonya. Orang dewasa suka mengandalkan pikirannya, bahkan apa yang diminta gurunya belum dikerjakan tetapi ia sudah mulai berimajinasi dan kemudian bertanya yang macam-macam. Hal penting lainnya harus diantisipasi adalah bahwa siswa dewasa suka ngobrol, dan menanyakan hal-hal di luar pelajaran sehingga memakan waktu melebihi jam belajar yang sepatutnya. Syukur-syukur jika ia ada pengertian dimana ia tahu sudah ada murid lain yang sedang menunggu di depan pintu karena sudah jam belajarnya. Jadi jika ingin mengajar siswa dewasa terutama orangtua, siapkanlah mental untuk semua sifat-sifat dewasa yang akan menghiasi ruangan piano anda dan bersikap tegaslah terhadap calon siswa dewasa agar tidak menyalahi peraturan di tempat kursus sebelum menerimanya sebagai murid.

Kedua, jika mengajar siswa dewasa, anda harus memiliki kurikulum yang cocok untuk pemula dewasa. Maksud saya adalah, anda tidak bisa memakai buku-buku piano anak-anak prasekolah yang penuh dengan gambar dan stiker untuk diberikan kepada siswa dewasa. Carilah buku-buku yang baik, yang cocok untuk pemula dewasa. Tujuannya sama, agar siswa dewasa bisa baca not balok dan bisa memainkan lagu-lagu dalam buku. Perbedaanya adalah siswa dewasa mudah mengerti pelajaran jika dikatakan not setengah atau not seperempat dengan tanpa menunjukkannya dengan gambar atau stiker. Misalnya jika memakai buku "Piano Lesson Made Easy" by Lina Ng untuk anak-anak prasekolah, anda bisa memakai buku "Leila Fletcher" untuk siswa dewasa. Anda harus kreatif dalam mengajar siswa dewasa dan temukan buku-buku yang sesuai.

Ketiga, orang dewasa hampir sama dengan siswa remaja, mereka juga memiliki ketertarikan pada lagu-lagu tertentu. Anda bisa mengikuti selera mereka seperti memainkan lagu-lagu pop untuk membangun kemampuan musikalitas mereka. Setelah ketertarikan itu dimiliki, perkenalkan buku-buku teknik lainnnya seperti Hanon, Beyer, Schmitt, Czerny dan lain-lain, yang sifatnya untuk melatih kelincahan jari-jemari mereka.

Keempat, orang dewasa suka menguji gurunya. Oleh karena itu anda harus benar-benar mempersiapkan materi pelajaran yang tepat untuk orang dewasa. Adalah hal yang biasa jika siswa pemula menganggap ia sudah pintar, bahkan lebih pintar dari gurunya. Dia sudah lebih tahu dari semuanya. Aneh bukan? Tapi itulah orang dewasa. Terkadang ia hanya bisa memainkan satu tangga nada (scale) tetapi ia sudah gembor-gemborkan ke orang lain bahwa ia bisa memainkan piano dengan baik. Sikap sejenis ini akan sering terjadi. Jika punya murid seperti ini, ingatlah, cepat atau lambat ia akan berhenti belajar piano.  Tetapi jika siswa dewasa itu benar-benar ingin belajar piano, ia akan mulai dengan belajar merendahkan diri dan sadar akan ketidaktahuannya. Ia harus tahu bahwa ia tidak tahu, dan jika ia sudah merasa tahu, itu berarti ia tidak tahu. Jangan takut mengajar orang dewasa, karena anda lebih tahu dari mereka, makanya mereka datang kepada anda.


5 komentar:

  1. saya berumur 17 pada tahun 2012 ini.saya minat banget sama musik piano dan bercadang untuk mencari guru les piano.tapi saya binggung..soalnya di usia yang meningkat ini rasanya saya lebih cocok sama piano keyboard yang nggak ada examnya,buku les judul "piano lessons made easy",jumpa bule yang kaya anak kecil itu.. ya nngak?sebagai guru les piano gimana?please nolongin saya yang binggung ini.

    BalasHapus
  2. Artkel yg menarik. Saya sendiri baru belajar main piano setelah usia 40 th. Tadinya anak saya yang belajar privat guru ke rumah, dan bener, setelah remaja bnyk alasan utk tidak mau belajar, karna dia tidak suka dgn not balok. Akhir nya stop, dan nganggurlah tuh piano. Saya sendiri memang hobby musik, dan biasa main gitar, memutuskan untuk belajar sendiri. Caranya , saya tansferkan chord chord gitar ke dalam piano, dan mencari informasi2 dari internet, stlah 1 tahun, lumayanlah, sejumlah lagu kesukaan bisa dinikmati sendiri dan keluarga.Jadi belajar memang tidak mengenal usia. Yang penting ada hobby dan kemauan.

    BalasHapus
  3. Nice artikel,. saya juga baru belajar piano umur 30 dan masih tetap semangat untuk belajar piano hingga sekarang,.

    BalasHapus
  4. Saya juga baru mulai kursus musik di usia dewasa kak tapi saya agak down karena guru saya bilang kalau saya lambat. Bukannya wajar kalo punya banyak hal yang harus dipikirkan jadi kadang ga bisa fokus. Belum lagi belajar not baloknnya mulai dari dasar karena ga punya basic. Kok pengennya saya cepet cepet bisa akhirnya saya malah tertekan tiap mau kursus. Bukan karena saya ga suka tapi karena saya lelah megikuti target guru saya yang pengen cepet cepet bisa.

    BalasHapus
  5. Umur tua bisa saja belajar musik. Tapi ingat, otot motorik tidak akan sebaik bisa dikembangkan pada waktu belajar muda.

    Maka itu jangan terlambat.

    BalasHapus